Jum’at 16 Januari 2015 guru-guru
Tamarin mendiskusikan topik yang sangat menarik terkait dengan pengalaman
melatih anak Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) dalam “Waktu
Belajar” yang dilakukan setiap minggu ke II setiap bulannya. Berikut hasil
diskusi tersebut:
Apa itu Toilet Training?
Toilet Training merupakan latihan
membiasakan anak untuk BAK dan BAB. Dalam istilah Jawa seringkali kita
mendengar “Tatur” yaitu sedari bayi anak secara periodik dibiasakan atau
dilatih diajak ke kamar mandi untuk pipis (BAK).
Apa kata Ahli?
Salah satu tokoh psikoanalisa
Freud menerangkan bahwa pada usia 18 bulan – 3 tahun merupakan Fase Anal. Pada
fase Anal kenikmatan
terbesar anak terdapat di sekitar daerah lubang anus. Rangsangan pada lubang
anus ini berkaitan erat dengan kegiatan buang air besar. Usia ini anak
belajar untuk mengontrol hasrat
tubuhnya, sehingga masa itulah saat yang tepat untuk anak belajar rutinitas
buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Keterampilan untuk BAK dan BAB
menjadi penting karena hal ini terkait dengan kemampuan kontrol diri dan
kemandirian anak. Apabila masa ini anak
tidak terlatih untuk belajar BAK dan BAB maka akan semakin sulit untuk melatih
keterampilan tersebut diusia-usia mendatang.
Apa manfaatnya?
- Kemandirian dan kontrol diri. Saat toilet training anak belajar mengenali tanda-tanda hasrat ingin BAK/BAB dan dengan rutinitas yang telah dilatih secara periodik anak belajar kontrol diri. Hal inilah yang menjadi pondasi kemandirian anak setelah mahir mengenali dan rutin BAK/BAB.
- Belajar anggota tubuh dan fungsinya. Saat pendampingan latihan BAK/BAB ini anak dapat diajar bagian-bagian tubuh serta fungsinya dengan cara yang menyenangkan misalnya dengan nyanyian atau cerita.
- Hemat, karena orang tua tidak perlu menyisihkan anggaran untuk membeli diaper. Diaper diperlukan saat darurat saja ketika bepergian atau ketika anak sakit. Namun demikian anak yang sudah terbiasa BAK dan BAB secara rutin biasanya akan merasa risih ketika memakai diaper. Manfaat ini dapat diperoleh dengan konsekuensi orang tua harus sabar, telaten, dan ulet dalam mendampingi anak berlatih.
- Bentuk kaki dan cara berjalan yang baik. Berdasarkan pengamatan, salah satu diantara anak yang biasa memakai diaper terkadang cara berjalannya berbeda dengan anak yang tidak memakai. Namun demikian saat ini orang tua memiliki banyak pilihan variasi produk diaper yang meghindarkan dari resiko ini.
Bagaimana Cara mendampingi toilet training?
Dibawah usia 18 bulan biasanya
anak diawali ditatur BAK terlebih
dahulu kemudian keterampilan BAB akan dikuasai seiring dengan dikuasainya
rutinitas BAK. Dalam istilah Jawa, ketika anak mulai ditatur berarti setiap jangka waktu tertentu anak diajak untuk ke
kamar mandi baik anak merasa ingin pipis atau tidak. Hal ini membantu orang tua
untuk mengenali ritme pipis anak. Berikut tips-tips bagi orang tua untuk
mendampingi anak berlatih toilet training:
- Kenali ritme atau jadwal BAK dan BAB anak.
- Kenali ekspresi wajah atau gerakan tubuh (bahasa non verbal) tanda-tanda anak akan BAK atau BAB
- Kenalkan BAK atau BAB dan jelaskan kepada anak bahwa keduanya kotoran dan harus dikeluarkan atau tidak boleh ditahan. Jelaskan bahwa ketika kotoran dibiarkan akan menjadi penyakit. Orang tua juga dapat meluangkan waktu membeli buku yang dapat membantu menjelaskan tentang BAK/BAB dan cara membersihkannya.
- Sepakati bersama dan pilih kata sebagai tanda anak ingin BAK/BAB. Jelaskan kata “pipis” atau “BAB” secara umum. Biasanya anak punya istilah tersendiri seperti poe’, pub, dll. Pastikan bahwa pipis atau pub bukan hal yang jorok sehingga anak nyaman untuk mengatakan kepada orang tua ketika merasakan tanda-tanda tsb, karena biasanya anak bingung/malu untuk bilang bahwa dia ingin BAK/BAB.
- SIAP. Tidak hanya anak, orang tua juga dituntut siap. Kesiapan bagi anak meliputi fisik dan psikologis. Sedangkan orang tua perlu menyiapkan mental, tenaga, waktu dan pikiran untuk mendampingi proses belajar BAK/BAB ini.
- Setelah mengenali ritme/jadwal anak BAK/BAB orang tua menguatkan dengan rutin sebelum tidur dan bangun tidur untuk mengantar anak BAK sehingga anak terhindar dari ngompol.
- Amati cuaca, asupan makanan dan minuman karena beberapa hal tersebut akan mempengaruhi ritme anak-anak BAK/BAB, yang dapat menyebabkan beser (Jawa: BAK berulang kali karena dingin, terlalu banyak minum, atau karena obat dll), diare, konstipasi, dll. Pada kondisi khusus tersebut hindari memarahi anak karena ngompol atau kelepasan BAB. Beri dukungan kepada anak dan ajari cara mengenali apa yang dirasakan dan bagaimana mengutarakannya.
- Simulasi oleh orang tua. Terkadang anak perlu diberi contoh bagaimana menggunakan toilet, mengejan, membasuh kemaluan, atau membersihkan kotoran.
- Percobaan. Setelah orang tua memberikan penjelasan tentang BAK/BAB hingga simulasi, anak perlu secara mandiri menerapkan pengetahuan yang telah dibekalkan tersebut. Pantau sejauh mana anak mampu BAK/BAB sendiri, amati hambatan yang dihadapi anak, lalu berikan bantuan secukupnya.
- Bercerita dan bernyayi. Anak yang belajar BAB biasanya lelah untuk jongkok atau mengejan. Orang tua dapat membantu dengan bercerita atau menciptakan lagu-lagu yang membantu anak berlatih mengejan sekaligus mengusir rasa capai karena jongkok dan mengusir kebosanan selama di kamar mandi.
- Atur peralatan mandi anak sehingga mudah dijangkau. Bagi orang tua yang memilih pot untuk berlatih BAB atau BAK atur sehingga pot mudah terjangkau bagi anak. Begitu juga dengan sabun dan handuk diatur sedemikian rupa sehingga anak mandiri dalam membantu diri dalam BAK/BAB.
- Tetap tenang dan hindari memarahi, jika anak belum berhasil atau kelepasan BAK/BAB. Keterampilan BAK dan BAB adalah keterampilan yang kompleks sehingga anak perlu belajar satu persatu sampai akhirnya mandiri ketika BAB/BAK. Hal ini merupakan proses yang panjang sehingga kesabaran, keuletan, dan ketelatenan ortu dalam mendampingi merupakan kunci utama anak berhasil BAK/BAB secara mandiri.
- Pujian. Apresiasi berupa pujian merupakan penguat bagi anak untuk belajar BAK/BAB. Sekecil apapun kemajuan atau keberhasilan anak dalam proses belajar ini hendaknya diberikan pujian agar anak tidak malu, termotivasi, bahkan bersemangat untuk BAK/BAB sendiri.
Referensi
Desmita.
(2009). Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Levine, L.E. Munsch, J. (2011). Child development: an active
learning approach. SAGE Publication: California
Simatupang,
Geovani. (2011). Toilet Training pada Anak. Diunduh dari: https://bernardosimatupang.wordpress.com/2011/10/08/toilet-training-pada-anak/. Diakses tanggal 12 Januari
2015.
Zuraedah,
Imelda Erman, dan Yeni Elviani. (2014). Jurnal: Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dan Kesiapan Psikologis Anak dengan Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia
Pra Sekolah Di Paud Ar-Risalah Kota Lubuklinggau.
Karnadi, Annisa. (2014). Toilet Training: Melatih
Anak BAB dan BAK di Toilet. Diunduh dari:
http://duniasehat.net/2014/06/21/toilet-training-melatih-anak-bab-dan-bak-di-toilet/.
Diakses tanggal: 12 Januari 2014
0 komentar:
Posting Komentar