Oleh: Tanti Lisnyawati, S.Pd
Pada rentang usia 2-4 tahun, anak menunjukkan
perubahan di seluruh aspek perkembangannya. Dari bayi yang sangat bergantung
pada orang lain menjadi anak mandiri dan mampu bergerak bebas ke mana pun. Dari
hanya bisa menangis, sekarang dapat berbincang-bincang dengan asyik mengenai
banyak hal dengan orang-orang di sekitarnya. Kemampuan berbicara inilah yang
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor, salah satunya adalah sosio-emosional dan
bermain pada anak. Pada rentang usia ini anak menikmati sekali bermain dengan
teman sebayanya. Anak pun belajar berbagai keterampilan dalam berhubungan
dengan lingkungan sosialnya. Melalui interaksi dengan lingkungannya, anak dapat
berkembang dan memperkaya pengalamannya dalam berbicara(1).
Sosio-emosional
memainkan peranan penting dalam kemampuan berbahasa anak. Pada dasarnya,
kemampuan untuk berinteraksi secara sosial dan emosional sudah ada sejak bayi,
karena interaksi dengan keluarga juga akan membantu anak membangun konsep
dirinya(2). Kemampuan Sosio-emosional dan bermain anak
bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang
lain, dan mengajarkan tentang bahasa kepada anak sesuai tingkat perkembangannya.
Di bawah ini akan dipaparkan perkembangan bahasa pada aspek sosio-emosional dan
bermain sesuai dengan tahapan umur anak, sebagai berikut:
- Usia 2 tahun: Anak-anak pada usia ini sudah memiliki kemampuan menggunakan benda-benda sederhana dalam bermain secara simbolik. Selain itu, anak pada usia 2 tahun ini sudah mau untuk ikut bermain bersama dan ketika bermain mereka sering berbicara kepada dirinya sendiri. Secara bahasa pragmatis, anak lebih banyak menggunakan emosi dalam bermain. Si anak juga akan mengulangi tindakan-tindakan yang membuat oranglain tertawa. Selain itu, anak akan menggabungkan gerakan dengan kata-kata untuk menjelaskan keinginan dan kebutuhan(3).
- Usia 2,5 tahun: Pada usia ini anak mulai terlibat dalam
permainan simbolik, tetapi masih membutuhkan bantuan ide-ide dari orang dewasa.
Secara bahasa pragmatis, anak sudah dapat mengontrol percakapan sendiri,
memperbaikinya secara spontan, dan mengontrol intonasi (intonasi saat bertanya).
Anak juga lebih banyak menggunakan bahasa verbal sebagai sarana utama untuk
berekspresi(3). Anak
mulai berbagi peran dalam suatu permainan (misal: menjadi dokter, pilot,
perawat, dsb) dan menunjukkan kepedulian dengan oranglain (tersenyum,
menanggapi bicara, dsb)(4).
- Usia 3 tahun:
Bila pada usia 1 tahun kemampuan berbahasa anak masih terbatas, maka pada usia ini kosakata yang dimiliki anak lebih banyak dan bervariasi. Hal inilah yang menjadikan anak lebih mampu mengungkapkan emosi/keinginannya. Anak mengungkapkan emosinya melalui bermain pura-pura dan secara sosial mulai senang bergaul dengan teman-teman di sekitarnya. Pada usia 3 tahun, anak berada dalam tahap identifikasi, yang ditandai dengan menirukan gerakan/mimik yang dilakukan oleh oranglain(5). Di usia ini anak sudah mampu memberi salam setiap mau pergi. Selain itu, anak sudah dapat bermain bersama berdasarkan aturan tertentu dan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya termasuk mengungkapkan ketika ingin BAB dan BAK(4) - Usia 4 tahun: Secara bahasa pragmatis, anak mulai mengerti aturan percakapan sederhana, seperti mengubah pembicaraan, pemeliharaan topik, dan kontak mata). Anak juga sudah mampu berbicara tanpa menghindar atau malu(3).Karakteristik perkembangan bahasa anak pada aspek ini juga ditandai dengan berbagai macam hal, seperti menyanyikan lagu sederhana bersama teman-temannya, bermain permainan dalam kelompok kecil, dan menyukai cerita pendek(6).
Proses perkembangan bahasa anak akan mengalami
perlambatan apabila terdapat gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan
alat penglihatan anak(7). Oleh sebab itu, sebagai orangtua dan guru,
hendaknya lebih memperhatikan proses tumbuh kembang yang terjadi pada anak.
Jangan sampai anak mengalami gangguan terkait dengan tumbuh kembangnya.
Beberapa gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada perkembangan bahasa yang
dipengaruhi oleh aspek sosio-emosional dan bahasa anak yakni: Autisme (Sekumpulan
gangguan perkembangan secara neurologik dimana individu yang mengalaminya akan
mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosialnya dan keterampilan
komunikasinya, serta kecenderungan untuk mengulangi suatu perilaku tertentu), kesulitan dalam mengenali dan menyembunyikan bunyi huruf
(anak akan cenderung mengalami kesulitan dalam mengikuti aktivitas yang
menuntut kemampuan verbal-lisan seperti bercerita, menyebutkan sesuatu,
menyanyi, menirukan instruksi guru), kesalahan artikulasi (seperti penggantian
dan penghilangan fonem, seperti mengucapkan ‘kapal’ menjadi ‘tapal’ dan
‘sendok’ menjadi ‘sedok’), dll.
Pengembangan bahasa pada anak dapat ditingkatkan
dari aspek sosio-emosional yang dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
mengajak anak untuk bermain, mengenal diri dan lingkungannya, dsb. Karena dengan
hal itu, anak dapat memainkan peran perilaku ketika bermain dengan teman sebaya dan orang lain di
sekitarnya, sehingga perkembangan bahasa anak mengalami kemajuan sejalan dengan
kemampuannya ketika berhubungan dengan oranglain. Hal ini juga tidak terlepas
dari peranan penting orangtua di rumah dan guru ketika anak-anak berada di
sekolah.
WB-Tam/IX/274.02-020315.12/7-8
Referensi:
(1) Martani, Wisjnu. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi Volume 39, No. 1, Juni 2012: 112-120.
(2)
Desmareza,
Rini. Peningkatan Perkembangan Sosio
Emosional Anak Melalui Permainan Montase di RA Darul’Ulum PGAI Padang.
Pesona PAUD, Vo. 1 No. 1, September 2012.
(4)
HIMPAUDI.
2015. Suplemen Materi Seminar Nasional
Kurikulum PAUD. Yogyakarta: Sportorium UMY.
(7)
Kumara,
Amitya dkk. 2014. Kesulitan Berbahasa
pada Anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar