Senin, 23 November 2015

4. Kesadaran Fonologi dan Literasi anak usia 2-4 tahun


Oleh: Nana Drastina
Bahasa (languange) ialah sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sistem aturan bahasa mencakup (2):
1. Fonologi (phonology) merupakan studi tentang bunyi-bunyian bahasa (misala SP, BA, AR)
2. Morfologi (morphology) merupakan rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada apa yang kita ucapkan dan didengar.
3. Sintaksis (syntak) merupakan perlibatan kata-kata yang dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dankalimat sehingga dapat diterima oleh pendengar.
4. Semantik (semantic) merupakan makna pada sebuah kalimat
5. Pragmatik (pragmatics) merupakan kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan
Menurut Piaget beberapa anak usia dini atau pra sekolah (2-4 tahun) memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan, misal setrika, mangga, dan lain-lain (3). Namun pada usia ini anak-anak sudah mampu mengembangkan ungkapan kata lebih dari 2 kata pada setiap kalimat dan mampu berbicara sesuai urutan kata yang menunjukkan sebuah makna dengan cepat dan tepat (5). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bird (1995) sebanyak 31 anak mengalami gangguan dalam mengekspresikan fonologi dan keaksaraan pada sebuah pada sebuah kata dan rata-rata terjadi pada anak usia prasekolah atau 2-6 tahun (1). Pengetahuan atau ketepatan anak dalam mengucapkan dan menuliskan keaksaraan pada suku kata ini sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca dan mengeja dan menulis ketika anak memasuki dunia sekolah (1).
Tahap pencapaian kesadaran anak dalam mengucapkan  dan menulis keaksaran suku kata pada usia 24 bulan (tahun) hingga 48 bulan (4 tahun) sebb:
1. Anak usia 24 bulan (2 tahun)
a. awal membaca dan menulis
- mencontoh kosakata pada sebuah acara permainan (misal: membaca koran, membaca buku menu, atau buku cerita)
- Mendengarkan cerita pendek yang dibacakan dengan nada suara keras
- mencoba membuat bentuk dengan crayon
memberanikan diri untuk menulis sebuah nama
2. Anak usia 30 bulan (2,5 tahun)
a. awal membaca dan menulis
- senang mendengarkan sebuah cerita/buku dongeng untuk jangka waktu yang lama.
- memegang buku dengan benar.
mulai mengenali sebuah logo
menunjukkan perkembangan kesadaran dalam mengucapkan kata
 meningkatkan kontrol dalam menggunakan alat tulis
- mencontoh gambar tegak lurus
3. Anak usia 36 bulan (3 tahun)
a. awal membaca dan menulis
- suka mendengarkan cerita/dongeng untuk jangka waktu yang lama
- memberanikan diri untuk membaca banyak kata dalam sebuah lembar halaman dan menulis catatan untuk orang tua
- menggambar sesuai dengan contoh pada garis horisontal dan lingkaran
- menggambar 2 garis atau lebih untuk meniru sebuah garis silang
- mulai menunjukkan sebuah perbedaan antara menulis dan menggambar
b. kesadaran dalam mengucapkan kata
- mulai memahamisebuah konsep pada suku kata.
- mulai memasukkan kata dalam suku kata dan memadukan suku-suku kata tersebut dalam sebuah kalimat.
- mulai mengidentifikasi kata yang berirama
4. Anak usia 48 bulan (4 tahun)
a. awal membaca dan menulis
- mulai memperhatikan tulisan yang spesifik, seperti huruf pertama pada sebuah nama.
- mengenali logo dan simbol di lingkungan sekitar dan memahami bahwa logo/simbol tersebut membawa sebuah pesan
- anak membicarakan tentang karakter pada buku.
- anak menceritakan kembali cerita sederhana.
- seolah-olah membaca untuk dirinya sendiri atau orang lain.
- membuat beberapa huruf-huruf dalam bentuk coretan yang menyerupai atau mencerminkan huruf.
b. Kesadaran pengucapan kata
- pemahaman tentang terus berkembang, mampu memproduksi kata yang berima.
- berpartisipasi dalam permainan rima
- mulai dapat memisahkan bunyi dalam kata (contoh: pada awalan, pertengahan, atau akhir kata)
- mengenali beberapa huruf dan membuat huruf atau suara dengan tepat

WB-Tam/IX/274.02-270715.14/9-10

Referensi:

1.     Bird, J. Bishop, DJ. And Freeman, NH. 1995. Phonological Awareness and Literacy in Children with Expressive Phonological Impairments. J Speech Hear Res. Apr;38(2):446-62
2.     Santrock, J. W. 1995. Life-SPAN-Development, Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
3.     Sumantri, M dan Syaodih, N. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Universitas Terbuka
4.     Talkpenisula.com/pdf/milestone.pdf
 



 


 

Rabu, 04 November 2015

3. Kemampuan Bahasa dengan Sosio-emosional dan Bermain Anak Usia 2-4 Tahun


Oleh: Tanti Lisnyawati, S.Pd
Pada rentang usia 2-4 tahun, anak menunjukkan perubahan di seluruh aspek perkembangannya. Dari bayi yang sangat bergantung pada orang lain menjadi anak mandiri dan mampu bergerak bebas ke mana pun. Dari hanya bisa menangis, sekarang dapat berbincang-bincang dengan asyik mengenai banyak hal dengan orang-orang di sekitarnya. Kemampuan berbicara inilah yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor, salah satunya adalah sosio-emosional dan bermain pada anak. Pada rentang usia ini anak menikmati sekali bermain dengan teman sebayanya. Anak pun belajar berbagai keterampilan dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Melalui interaksi dengan lingkungannya, anak dapat berkembang dan memperkaya pengalamannya dalam berbicara(1).
Sosio-emosional memainkan peranan penting dalam kemampuan berbahasa anak. Pada dasarnya, kemampuan untuk berinteraksi secara sosial dan emosional sudah ada sejak bayi, karena interaksi dengan keluarga juga akan membantu anak membangun konsep dirinya(2). Kemampuan Sosio-emosional dan bermain anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang lain, dan mengajarkan tentang bahasa kepada anak sesuai tingkat perkembangannya. Di bawah ini akan dipaparkan perkembangan bahasa pada aspek sosio-emosional dan bermain sesuai dengan tahapan umur anak, sebagai berikut:
  1. Usia 2 tahun: Anak-anak pada usia ini sudah memiliki kemampuan menggunakan benda-benda sederhana dalam bermain secara simbolik. Selain itu, anak pada usia 2 tahun ini sudah mau untuk ikut bermain bersama dan ketika bermain mereka sering berbicara kepada dirinya sendiri. Secara bahasa pragmatis, anak lebih banyak menggunakan emosi dalam bermain. Si anak juga akan mengulangi tindakan-tindakan yang membuat oranglain tertawa. Selain itu, anak akan menggabungkan gerakan dengan kata-kata untuk menjelaskan keinginan dan kebutuhan(3).
  2. Usia 2,5 tahun: Pada usia ini anak mulai terlibat dalam permainan simbolik, tetapi masih membutuhkan bantuan ide-ide dari orang dewasa. Secara bahasa pragmatis, anak sudah dapat mengontrol percakapan sendiri, memperbaikinya secara spontan, dan mengontrol intonasi (intonasi saat bertanya). Anak juga lebih banyak menggunakan bahasa verbal sebagai sarana utama untuk berekspresi(3).  Anak mulai berbagi peran dalam suatu permainan (misal: menjadi dokter, pilot, perawat, dsb) dan menunjukkan kepedulian dengan oranglain (tersenyum, menanggapi bicara, dsb)(4).
  3. Usia 3 tahun:
    Bila pada usia 1 tahun kemampuan berbahasa anak masih terbatas, maka pada usia ini kosakata yang dimiliki anak lebih banyak dan bervariasi. Hal inilah yang menjadikan anak lebih mampu mengungkapkan emosi/keinginannya. Anak mengungkapkan emosinya melalui bermain pura-pura dan secara sosial  mulai senang bergaul dengan teman-teman di sekitarnya. Pada usia 3 tahun, anak berada dalam tahap identifikasi, yang ditandai dengan menirukan gerakan/mimik yang dilakukan oleh oranglain(5). Di usia ini anak sudah mampu memberi salam setiap mau pergi. Selain itu, anak sudah dapat bermain bersama berdasarkan aturan tertentu dan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya termasuk mengungkapkan ketika ingin BAB dan BAK(4)
  4. Usia 4 tahun: Secara bahasa pragmatis, anak mulai mengerti aturan percakapan sederhana, seperti mengubah pembicaraan, pemeliharaan topik, dan kontak mata). Anak juga sudah mampu berbicara tanpa menghindar atau malu(3).Karakteristik perkembangan bahasa anak pada aspek ini juga ditandai dengan berbagai macam hal, seperti menyanyikan lagu sederhana bersama teman-temannya, bermain permainan dalam kelompok kecil, dan menyukai cerita pendek(6).


Proses perkembangan bahasa anak akan mengalami perlambatan apabila terdapat gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan anak(7). Oleh sebab itu, sebagai orangtua dan guru, hendaknya lebih memperhatikan proses tumbuh kembang yang terjadi pada anak. Jangan sampai anak mengalami gangguan terkait dengan tumbuh kembangnya. Beberapa gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh aspek sosio-emosional dan bahasa anak yakni: Autisme (Sekumpulan gangguan perkembangan secara neurologik dimana individu yang mengalaminya akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosialnya dan keterampilan komunikasinya, serta kecenderungan untuk mengulangi suatu perilaku tertentu), kesulitan dalam mengenali dan menyembunyikan bunyi huruf (anak akan cenderung mengalami kesulitan dalam mengikuti aktivitas yang menuntut kemampuan verbal-lisan seperti bercerita, menyebutkan sesuatu, menyanyi, menirukan instruksi guru), kesalahan artikulasi (seperti penggantian dan penghilangan fonem, seperti mengucapkan ‘kapal’ menjadi ‘tapal’ dan ‘sendok’ menjadi ‘sedok’), dll. 

Pengembangan bahasa pada anak dapat ditingkatkan dari aspek sosio-emosional yang dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti mengajak anak untuk bermain, mengenal diri dan lingkungannya, dsb. Karena dengan hal itu, anak dapat memainkan peran perilaku ketika bermain  dengan teman sebaya dan orang lain di sekitarnya, sehingga perkembangan bahasa anak mengalami kemajuan sejalan dengan kemampuannya ketika berhubungan dengan oranglain. Hal ini juga tidak terlepas dari peranan penting orangtua di rumah dan guru ketika anak-anak berada di sekolah.

WB-Tam/IX/274.02-020315.12/7-8
Referensi:
(1)    Martani, Wisjnu. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi Volume 39, No. 1, Juni 2012: 112-120.
(2)    Desmareza, Rini. Peningkatan Perkembangan Sosio Emosional Anak Melalui Permainan Montase di RA Darul’Ulum PGAI Padang. Pesona PAUD, Vo. 1 No. 1, September 2012.
(4)    HIMPAUDI. 2015. Suplemen Materi Seminar Nasional Kurikulum PAUD. Yogyakarta: Sportorium UMY.
(7)    Kumara, Amitya dkk. 2014. Kesulitan Berbahasa pada Anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


 
 
 

Taman Bermain Anak Indonesia Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting