Rabu, 25 Juni 2014

Permainan Tradisional (1)

Jaman sudah berubah, modernisasi melanda dimana-mana, tak terkecuali di dunia anak-anak. Pada saat sekarang ini banyak sekali fenomena yang terjadi orang-orang kecanduan pada permainan gadget atau 'game online'. Akibatnya permainan-permainan tradisional sudah semakin tersingkir, banyak sekali anak-anak jaman sekarang yang sudah tidak mengenal lagi permainan-permainan tradisional yang dulu akrab kita (para orangtua) mainkan bersama. Padahal jika dicermati lagi permainan tradisional itu sungguh syarat dengan nilai dan makna, terutama nilai sosial.

Coba kita ingat lagi, adakah permainan tradisional yang menarik untuk kita mainkan sendiri? Tidak.. hampir semua permainan tradisional itu membutuhkan teman atau orang lain untuk memainkannya. Sebut saja bermain kelereng, engklek (sudamanda), main tali (yeye/tamparan/semprengan), petak umpet, benteng-bentengan (jek-jekan). Ya, semua permainan tadi membutuhkan orang lain agar permainan menjadi seru dan menarik, atau bahkan permainan tersebut hanya dapat dimainkan secara berkelompok.
Bandingkan dengan permainan yang ada saat ini, bermain di komputer atau hp, tidak butuh orang lain untuk memainkannya. Dalam kerumunan orang pun bisa bermain sendiri. Akibatnya Individualisme semakin tinggi.


Media belajar anak mengenai nilai-nilai sosial seperti sportifitas, tenggang-rasa, 'tepo seliro', saling menghargai, saling berbagi, membentuk suatu aturan bersama, taat/patuh pada kesepakatan, saling membantu, dll kini semakin menghilang. Melalui permainan-permainan tradisional dengan bahan dan alat yang seadanya itu, anak-anak jaman dulu mampu membuat sebuah kegiatan yang menarik dan seru. Anak berlatih untuk mematuhi aturan-aturan yang disepakati bersama, tanpa harus dipaksa anak-anak disiplin dan taat pada aturan permainan itu. Memang ada kalanya ada perselisihan atau ada yang curang, tapi dengan hal tersebut anak-anak juga belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul, menemukan solusi dengan sendirinya. Tanpa campurtangan orang dewasa.

Sekarang yang ada anak hanya belajar untuk selalu menang dan menang seperti dalam permainan pada gadget mereka. Anak berinteraksi hanya dengan alat dan mesin, yang tidak dapat memberikan respon dan emosi. Hilangnya kesempatan seseorang untuk belajar nilai sosial pada saat ini mulai terasa, semakin banyak tawuran atau kenalan remaja, lalu lintas yang semakin semrawut dan tidak tertib, kedisplinan yang rendah, hingga pada kesenjangan sosial di masyarakat.

Menyadari fenomena tersebut kami dari Lembaga Peduli Pendidikan Indonesia melalui institusi Tamarin ini ingin menggali kembali permainan-permainan tradisional yang sebetulnya sarat akan nilai dan makna. Dan di awali hari ini kami mencoba merekonstruksi kembali apa-apa saja permainan tradisional yang dulu pernah populer di kalangan anak-anak. Harapan dan cita-cita kami adalah permainan-permainan tradisional teresebut kembali dapat dirasakan oleh anak-anak jaman sekarang. 

Sebagai penutup, saya ingin bertanya; Apakah kita para orangtua/dewasa merasa bersemangat, bahagia, dan antusias pada saaat berkumpul dan mengobrol, membicarakan kenangan permainan yang dulu kita lakukan??
Jika iya, mari kita buat agar anak-anak juga merasakan bagaimana seru dan menariknya permainan yang dulu kita mainkan.

Bagaimana keseruan kami dalam membuka kembali memori tentang permainan anak ini ada sedikit cuplikan gambarnya:
Ini Bu Walida bukan marah lho.. tapi lagi berjuang utk melompat...
Bu Anita sedang menunjukkan kebolehannya...
Bu Reni mengajari anak-anak gerakan main tali
Artikel & Foto oleh Budi @Juni2014






Wow.. Bu Reni bisa terbang...

Kalo ini Bu Menik bukan sedang menari, tapi sedang mencoba gerakan ...

Bu Rosa main lompat tali apa lagi nari ska ya?

Bu Sartini pun juga gak kalah ikut mencoba...

Senangnya anakl-anak bermain lompat tali.. <3

Ekspresi melompat tinggi.. Aku bisaaaa !!     





0 komentar:

Posting Komentar

 

Taman Bermain Anak Indonesia Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting